SkyLexuzzz21


UGunadarma

Digital Clock

Unknown On Minggu, 08 November 2015





Bahasa Indonesia
Kalimat Efektif

Definisi Kalimat Efektif
   Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!). Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat. Disini, kalimat dibagi menjadi dua, yaitu :

Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika dipakai pada sasaran yang tepat. Pengertian efektif dalam kalimat adalah dan ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu pula. Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa :


1. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)

2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:2001)

3. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989)

4. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)

5. Kalimat efektif di pahami sebagai sebuah kalimat yang dapat membantu menjelaskan sesuatu persoalan secara lebih singkat jelas padat dan mudah di mengerti serta di artikan. (ARIF HP: 2013)

   Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami. Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut:

1.secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.

2.mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.


Ciri-Ciri Kalimat Efektif :
1. KESATUAN GAGASAN
   Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.

Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.

Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan).

2. KESEJAJARAN
   Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.

Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.

Kalimat itu harus diubah :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

3. KEHEMATAN
   Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.

Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.

Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.

Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.

4. PENEKANAN
   Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan. Caranya:
   a. Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
   Contoh :
      1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
      2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.

   b. Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
   Contoh :
      1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
      2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
      3. Bisakah dia menyelesaikannya?

   c. Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
   Contoh :
      Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.

   d. Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
   Contoh :
      1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
      2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.

5. KELOGISAN
   Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :

Waktu dan tempat saya persilakan.

Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;

Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.


Contoh kalimat efektif :
1. Saran yang di kemukakannya kami akan pertimbangkan ( tidak efektif )
   Seharusnya : Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.

2. Sejak dari pagi dia bermenung ( tidak efektif )
   Seharusnya : Sejak pagi dia bermenung.


Kesalahan Kalimat
   Beberapa jenis kesalahan dalam menyusun kalimat antara lain:
1. Pleonastis

   Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu. Contoh-contoh kalimat yang mengandung kesalahan pleonastis antara lain:

   a. Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.

      Kalimat ini seharusnya: Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.

   b. Kita harus saling tolong-menolong.

      Kalimat ini seharusnya: Kita harus saling menolong, atau Kita seharusnya tolong-menolong.


2. Kontaminasi

   Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:

      Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

   Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya dihilangkan.

      Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.


3. Salah pemilihan kata

   Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:

      Saya mengetahui kalau ia kecewa.

   Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa.


4. Salah nalar

   Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:

      Bola gagal masuk gawang.

   Seharusnya: Bola tidak masuk gawang.


5. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)



Bahasa Asing

   Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa asing terlihat pada kalimat berikut:

      Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.

   Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat berikut:

      I live in Semarang where my mother works.

   Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:

      Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.


Bahasa Daerah

   Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa daerah dapat kita lihat pada kalimat berikut:

      Anak-anak sudah pada datang.

   Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:

      Anak-anak sudah datang.

   Contoh lain pengaruh bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, juga dapat kita lihat pada kalimat berikut. Penulis menemukan contoh ini dari sebuah rubrik di tabloid anak-anak Yunior.

      Masuknya keluar mana? (Jawa: Mlebune metu endi?)

   Kita sebaiknya mengganti kalimat tersebut dengan: Masuknya lewat mana?


6. Kata depan yang tidak perlu

   Sering kali kita membuat kalimat yang mengandung kata depan yang tidak perlu seperti pada kalimat berikut:

      Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

   Agar menjadi efektif, sebaiknya kita menghilangkan kata depan di, sehingga kalimatnya menjadi:

      Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

   Ada beberapa hal yang mengakibatkan suatu tuturan menjadi kurang efektif, antara lain:

   1. Kurang padunya kesatuan gagasan.

      Setiap tuturan terdiri atas beberapa satuan gramatikal. Agar tuturan itu memiliki kesatuan gagasan, satuan-satuan gramatikalnya harus lengkap dan mendukung satu ide pokoknya. Kita bisa melihat pada contoh berikut:

         Program aplikasi MS Word dapat Anda gunakan sebagai pengolah kata. Dengan program ini Anda dapat melakukan berbagai aktivitas perkantoran seperti mengetik surat atau dokumen. MS Word adalah produk peranti lunak keluaran Microsoft.

      Kalimat-kalimat pada contoh tersebut tidak mempunyai kesatuan gagasan. Seharusnya setelah diungkapkan gagasan tentang “fungsi MS Word” pada kalimat pertama, diungkapkan gagasan lain yang saling bertautan.

   2. Kurang ekonomis pemakaian kata.

      Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam tuturan. Sebaiknya kita menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari sudut maknanya, misalnya:

         membicarakan tentang transmigrasi

      Seharusnya: membicarakan transmigrasi

         sudah pada tempatnya apabila

      Seharusnya: sudah selayaknya apabila

         Depresi ekonomi bukan hanya dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah, tetapi juga dirasakan oleh kelompok elite pribumi.

      Seharusnya: Depresi ekonomi dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah dan kelompok elite.

      Atau: Depresi ekonomi dirasakan kaum pribumi di semua lapisan.

   3. Kurang logis susunan gagasannya.

      Tulisan dengan susunan gagasan yang kurang logis dapat kita lihat pada contoh berikut:

         Karena zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya ayam itu sangat bermanfaat untuk tubuh kita. Semua makhluk dalam hidupnya memerlukan zat putih telur, manusia untuk melanjutkan hidupnya perlu akan zat putih telur.

      Kita dapat membuat tulisan itu menjadi efektif seperti berikut:

         Semua makhluk hidup memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging ayam. Manusia adalah makhluk hidup. Jadi, manusia memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging ayam untuk melanjutkan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa telur dan daging ayam sangat bermanfaat bagi tubuh.

   4. Pemakaian kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya.

      Pemakaian bahasa tidak baku hendaknya dihindari dalam ragam bahasa keilmuan.

        Penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Gatot A.S atas bimbingannya dalam menyelesaikan buku ini.

        Sehubungan dengan hal itu Takdir Alisyahbana bilang bahwa hal bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa internasional.

      Pemakaian kata menghaturkan dan bilang tidak tepat untuk ragam bahsa keilmuan, sehingga kata-kata tersebut sebaiknya diganti dengan mengucapkan dan mengatakan.

   5. Konstruksi yang bermakna ganda.

      Suatu kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin tidak salah, namun kadang-kadang mengandung tafsiran ganda (ambigu) sehingga tergolong kalimat yang kurang efektif. Kalimat yang memiliki makna ganda dapat kita lihat pada kalimat-kalimat:

         Istri kopral yang nakal itu membeli sepatu.

      Unsur yang nakal itu menerangkan istri atau kopral ? Jika yang dimaksud nakal adalah istri, maka kalimat itu seharusnya menjadi:

         Istri yang nakal kopral itu membeli sepatu.

         Penyuluh menerangkan cara beternak ayam baru kepada para petani.

      Kata baru pada kalimat itu menerangkan kata ayam atau cara beternak? Jika kata baru menerangkan cara beternak, kalimat itu menjadi lebih baik seperti kalimat berikut:

         Penyuluh menerangkan cara baru beternak ayam kepada para petani.

   6. Penyusunan kalimat yang kurang cermat.

      Penyusunan yang kurang cermat dapat mengakibatkan nalar yang terkandung di dalam kalimat tidak runtut sehingga kalimat menjadi kurang efektif.

         Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah untuk mengelola sejumlah manusia memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.

      Kalimat tersebut dapat diperbaiki seperti berikut:

         Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan, yakni pengelolaan sejumlah manusia, memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.

         Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah pengelolaan sejumlah manusia. Hal ini memerlukan keprihatinan dan dedikasi yang tangguh.

   7. Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar.

      Dalam kalimat yang berisi perincian, satuan-satuan dalam perincian itu akan lebih efektif jika diungkapkan dalam bentuk sejajar. Jika dalam suatu kalimat perincian satu diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat, perincian lainnya juga diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat juga (sejajar). Contoh kalimat yang perinciannya tidak sejajar:

         Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, mengklasifikasikan data, dan menganalisis data.

      Seharusnya: Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, pengklasifikasian data, dan penganalisisan data.

         Dengan penghayatan yang sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.

      Seharusnya: Dengan menghayati secara sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.

      Atau: Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.



Penalaran Kalimat
  
   Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Macam-macam Penalaran, Penalaran ada dua jenis yaitu :

INDUKTIF
   induktif adalah hal khusus menuju hal umum. Ya itu kuncinya "dari yang khusus menuju yang umum. Bila diuraikan, jangan terpatok pada gaya definisi seseorang, coba uraikan sendiri definisi paragraf induktif dengan kata kunci "dari khusus ke umum" tadi. Atau kalau memang malas menguraikan, mari lihat definisi berikut;  Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan menyebutkan peristiwa-peristiwa yang khusus, untuk menuju kepada kesimpulan umum, yang mencakup semua peristiwa khusus di atas. karena definisi yang baik disertai dengan batasan dan ciri-cirinya. Kita uraikan ciri-cirinya. Ciri-ciri paragraf induktif dapat diketahui dengan melihat atau membuat sebuah paragraf. Apabila dalam paragraf itu mula-mula menyebutkan peristiwa khusus dan diakhiri dengan kesimpulan berdasar peristiwa khusus tersebut, maka bisa dipastikan anda sedang membaca atau membuat paragraf induktif. Ingin paragraf diatas dibuat terpisah dalam bentuk item ciri-ciri. berikut ciri-ciri paragrad induktif dalam bentuk list:

Ciri-ciri Paragraf Induktif
   Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
   Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
   Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
   Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
   Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf
   Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
   Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus
   Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasa utama

CONTOH :
-Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
-Ikan Paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan

kesimpulan ---> Semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan


DEDUKTIF
   deduktif adalah contoh suatu paragraf yang dibentuk dari suatu masalah yang bersifat umum, lebih luas. Setelah itu ditarik kesimpulan menjadi suatu masalah yang bersifat khusus atau lebih spesifik. Atau juga dapat diartikan, suatu paragraf yang kalimat utamanya berada di depan paragraf kemudian diikuti oleh kalimat penjelas.

Contoh :
   Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional. Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku.

   Kalimat utama dari paragraph adalah kalimat yang di garis bawahi, dan kalimat itu berada depan paragraf sesuai dengan ciri-ciri dari paragraph deduktif.
      Kehematan atau Ekonomi Bahasa
      Istilah ini disebutkan oleh Verhaar dalam Asas-Asas Linguistik Umum. Kurang lebih berikut kutipannya.

   Dalam semua bahasa di dunia, penutur-penutur berusaha untuk ‘menghemat’ tenaga dalam pemakaian bahasa dan memperpendek tuturan-tuturannya, sejauh hal itu tidak menghambat komunikasi, dan tidak bertentangan dengan budaya tempat bahasa tersebut dipakai. Sifat ‘hemat’ itu dalam bahasa lazim disebut ‘ekonomi bahasa’ (Verhaar, 2006: 85). Prinsip ekonomi bahasa menekankan bahwa setiap pengguna bahasa selalu berusaha menghemat tenaga dalam kegiatan berbahasa. Penghematan ini diaplikasikan melalui berbagai cara. Oleh karena bahasa itu ada yang berbentuk bahasa lisan dan tulisan, penghematan antara kedua bentuk tersebut serupa tapi tak sama. Dalam bahasa lisan, bahasa berupa tuturan, berwujud bunyi, terdiri dari deretan fonem-fonem segmental dan suprasegmental. Contoh bentuk penghematan dalam bahasa lisan adalah penghilangan fonem. Penghilangan fonem bertujuan untuk mengirit jumlah fonem yang harus diucapkan tanpa mengubah makna yang dimaksud. Misalnya, kalimat berikut ini.

      Hari ini giliran siapa yang piket sih?
     
      Fonetis     : [hari ini giliran siyapa ya? piket sih]
      Jumlah fon  : 30

      Hari ni giliran sapa yang piket si?

      Fonetis         : [hari ni giliran sapa ya? piket si]
      Jumlah fon      : 28

   Jelas dalam kalimat di atas jumlah fonem yang diucapkan dalam kalimat (2) lebih sedikit daripada kalimat (1). Pada kalimat (1) ada 30 fonem yang diucapkan dalam satu dereta kalimat sedangkan pada kalimat (2) ada 28 fonem. Berikut contoh lainnya.

      Lagi ngapain? Sudah beres belum? Sebentar bukunya gue pinjem dulu ya!

      Fonetis         : [lagi ?apayin##udah b?r?s b?lum##seb?ntar buku?a gue pi?j?m dulu ya##]
      Jumlah fon      : 54

      Gi apa? Dah beres blom? Tar bukunya gue pinjem dulu ya!

      Fonetis         : [gi a’pa##’dah b?r?s blöm##’tar buku?a gue pi?j?m dulu ya##]
      Jumlah fon      : 40

   Penghilangan fonem di tuturan nomor (4) lebih ekstrem karena menghilangkan 14 fonem dari jumlah fonem tuturan aslinya, 54, menjadi 40 fonem.

   Dalam bahasa lisan, bentuk ekonomi bahasa ini tampak pada bentuk-bentuk singkat atau abreviasi, seperti singkatan (baik gelar, nama lembaga, atau istilah), akronim , dan inisial. Penyingkatan-penyingkatan ini bertujuan menghemat tenaga ketika menulis karena bentuk singkat tentunya mengurangi jumlah huruf yang haurs dituliskan. Apapun bentuknya, yang jelas, prinsip ekonomi bahasa berarti pengguna bahasa selalu berusaha semudah dan seminim mungkin menggunakan tenaga ketika berbahasa. Selain itu, perubahan-perubahan yang utamanya berupa penghilangan itu selalu bersifat tidak mengubah makna tuturan. Hal lain yang patut dicatat adalah penghilangan-penghilangan fonem umumnya terjadi dan produktif pada ragam bahasa nonstandar atau nonformal sebab hanya pada ragam inilah bahasa dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan dan kehendak pengguna selama tidak berubah total dan menjadi suatu bahasa baru. Penghilangan fonem dalam tuturan ragam formal atau ragam baku tidak seproduktif ragam nonformal karena ragam ini bersifat kaku, tidak mudah berubah, dan tetap karena menjadi standar bahasa yang bersangkutan. Sepengamatan saya, penghilangan fonem dalam tuturan ragam formal sebatas terjadi pada abreviasi dan pembakuan kata yang mengalami gejala penambahan fonem seperti protesis, epentesis, atau paragog pada bentuk nonbakunya; misalnya, isteri dibakukan menjadi istri, silahkan dibakukan menjadi silakan, kampak dibakukan menjadi kapak, dan perduli dibakukan menjadi peduli.


Referensi

Badudu, J.S. 2001. Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung: CV. Nawaputra

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum.

Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Verhaar, J.W.M. 2006. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


Daftar Konjungsi Bahasa

Jenis-jenis Kata Penghubung
   Dilihat dari fungsinya dapat dibedakan dua macam kata penghubung sebagai berikut:
   (1) Kata penghubung yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya setara. Kata penghubung ini dibedakan lagi menjadi kata penghubung yang:
       (a) menggabungkan biasa, yaitu dan, dengan, serta.
       (b) menggabungkan memilih, yaitu atau.
       (c) menggabungkan mempertentangkan, yaitu tetapi, namun, sedangkan, sebaliknya.
       (d) menggabungkan membetulkan, yaitu melainkan, hanya.
       (e) menggabungkan menegaskan, yaitu bahwa, malah, lagipuula, apalagi, jangankan.
       (f) menggabungkan membatasi, yaitu kecuali, hanya.
       (g) menggabungkan mengurutkan, yaitu lalu, kemudian, selanjutnya.
       (h) menggabungkan menyamakan, yaitu yaitu, yakni, adalah, bahwa, ialah.
       (i) menggabungkan menyimpulkan, yaitu jadi, karena itu, oleh sebab itu.
  
   (2) Kata penghubung yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya bertingkat. Kata penghubung ini dibedakan lagi menjadi kata penghubung yang menggabungkan:
       (a) menyatakan sebab, yaitu sebab, karena.
       (b) menyatakan syarat, yaitu kalau, jikalau, jika, bila, apabila, asal.
       (c) menyatakan tujuan, yaitu agar, supaya.
       (d) menyatakan waktu, yaitu ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, tatkala.
       (e) menyatakan akibat, yaitu sampai, hingga, sehingga.
       (f) menyatakan sasaran, yaitu untuk, guna.
       (g) menyatakan perbandingan, yaitu seperti, laksana, sebagai.
       (h) menyatakan tempat, yaitu tempat.

   Jika dilihat dari kedudukannya konjungsi dibagi dua, yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif.
   1. Konjungsi Koordinatif
      Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang kedudukannya sederajat atau setara (Abdul Chaer, 2008: 98). Contoh: dan penanda hubungan penambahan serta penanda hubungan pendampingan satu penanda hubungan pemilihan tetapi penanda hubungan perlawanan melainkan penanda hubungan perlawanan padahal penanda hubungan pertentangan sedangkan penanda hubungan pertentangan Konjungsi koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lain, karena selain menghubungkan klausa juga menghubungkan kata. Seperti contoh berikut:
      (a) Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.
      (b) Aku yang datang ke rumahmu atau kamu yang datang ke rumahku?
      (c) Dia terus saja berbicara, tetapi istrinya hanya terdiam saja.
      (d) Andi pura-pura tidak tahu, padahal tahu banyak.
      (e) Ibu sedang mencuci baju, sedangkan Ayah membaca Koran.

   2. Konjungsi Subordinatif
      Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat (kalusa) yang kedudukannya tidak sederajat (Abdul Chaer, 2008: 100). Konjungsi subordinatif dibagi menjadi tiga belas kelompok sebagai berikut:
      1. Konjungsi suordinatif waktu: sejak, semenjak, sedari, sewaktu, tatkala, ketika, sementara, begitu, seraya, selagi, selama, serta, sambil, demi, setelah, sesudah, sebelum sehabis, selesai, seusai, hingga, sampai.
      2. Konjungsi subordinatif syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala.
      3. Konjungsi subordinatif pengandaian: andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya.
      4. Konjungsi subordinatif tujuan: agar, supaya, biar.
      5. Konjungsi subordinatif konsesif: biar(pun), walau(pun), sekalipun, sungguhpun, kendati(pun).
      6. Konjungsi subordinatif pembandingan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada, alih-alih.
      7. Konjungsi subordinatif sebab: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab.
      8. Konjungsi subordinatif hasil: sehingga, sampai(sampai), maka(nya).
      9. Konjungsi subordinatif alat: dengan, tanpa.
      10. Konjungsi subordinatif cara: dengan, tanpa.
      11. Konjungsi subordinatif komplementasi: bahwa
      12. Konjungsi suboerdinatif atributif: yang 
      13. Konjungsi subordinatif perbandingan: sama …. dengan, lebih …. dari(pada)


Daftar Preposisi Bahasa
Berikut adalah preposisi dalam bahasa indonesia beserta beberapa fungsinya.
    bagi
    untuk          menandai hubungan peruntukan
    buat
    guna

    dari           menandai hubungan asal, arah, dari suatu tempat
    dengan         menandai hubungan kesertaan atau cara
    di             menandai hubungan tempat berada

    ke             menandai hubungan arah menuju suatau tempat
    oleh           menendai hubungan pelaku
    pada           meandai hubungan tempat atau waktu
    tentang        menandai hubungan ihwal atau peristiwa
    sejak          menandai hubungan waktu dari saat yang satu ke saat yang lain (Depdikbud, 1988:288).

Menurut alwi et.al (1999: 288) preposisi monomorfemis pada prinsipny sama dengan preposisi sama dengan preposisi tunggal yaitu preposisi yang hanya terdiri atas satu kata . bentuk preposisi tunggal tersebut berupa (1) kata dasar, misalnya di, ke, dari, dan pada dan (2) kata berafiks seperti selama, mengenai, dan sepanjang. Selanjutnya, Alwi, et.al menjelaskan bahwa preposisi yang berupa kata dasar hanya terdiri atas satu morfem. Berikut adalah contohnya:

    akan    takut akan kegelapan
    antara  antara anak dan ibu
    bagi    bagi para siswa
    buat    buat teman-teman
    dari    berasal dari bogor
    demi    demi orang tua
    dengan  pergi dengan temannya
    di      tidur di kursi
    ke      pergi ke kantor
    pada    ada pada saya
    oleh    di beli oleh Ali. (Alwi, et.al, 1992: 289).

Penulisan di, ke sebagai awalan:
    diusir                (sebagai awalan)
    diinjak               (sebagai awalan)
    diambil               (sebagai awalan)
    kekasih               (sebagai awalan)
    kehendak              (sebagai awalan)
    ketua                 (sebagai awalan)

Penulisan di, ke, sebagai preposisi:
    Di samping            (sebagai preposisi)
    Di bawah              (sebagai preposisi)
    Di atas               (sebagai preposisi)
    Ke kantor             (sebagai preposisi)
    Ke sana               (sebagai preposisi)

Preposisi Polimorfemis
   Preposisi polimorfemis atau preposisi majemuk terdiri atas dua macam, yaitu (1) yang dibentuk dua preposisi yang berdampingan, dan (2) yang dibentuk dengan dua preposisi yang berkorelasi.
   1. Preposisi Polimorfemis yang berdampingan
      Preposisi polimorfemis yang berdampingan terdiri atas dua preposisi yang letaknya berurutan. Berikut adalah contoh preposisi yang berdampingan.
         Daripada        Menara ini lebih tinggi daripada pohon itu.
         Kepada          Buku itu diberikan kepada adik.
         Oleh  karena    Ia tidak termasuk oleh karena penyakitnya.
         Sampai  ke      Kami berjalan sampai ke bukit.
         Sampai dengan     Andri menjawab soal nomor 1 sampai dengan nomor 5.
(Alwi,et.al,1999:289-290)
  
   2. Preposisi Polimorfemis yang Berkorelasi.
      Preposisi Polimorfemis yang berkorelasi ini terdiri atas dua unsur yang dipakai berpasangan, tetapi terpisah oleh kata atau frasa lain. Berikut contohnya:
         Antara......dengan....
         Dari........hingga.....
         Dari .......ke.....
         Sejak.....sampai....
         Sejak.....hingga....
      Contoh  :
         Antara dia dangan adiknya ada perbedaan yang mencolok.
         Kami membanting tulang dari pagi hingga petang.
         Kami tidak tahu berapa jauhnya dari rumah kami sampai ke desa itu.
         Dari lahir sampai berumur sepulh tahun dia ikut neneknya.
         Saya tidak bertemu dengan beliau lagi sejak rapat itu hingga kini.
         Sejak menikah sampai punya anak satu kami tidak berumah sendiri.
(Alwi,et,el,1999:291)

Sumber :
https://taufikhidayatzein.wordpress.com/2013/11/05/kalimat-efektif-ciri-ciri-dan-contoh-kalimat-efektif/
https://ramlannarie.wordpress.com/2010/10/02/kesalahan-dalam-penulisan-kalimat/
http://achprim.blogspot.co.id/2012/03/pengertian-penalaran-dan-macam-macam.html
https://metalingua.wordpress.com/2010/04/03/apa-itu-ekonomi-bahasa/
https://kelasmayaku.wordpress.com/2012/08/11/kata-penghubung-konjungsi/
http://sendiriqyu.blogspot.co.id/2012/06/preposisi-dalam-bahasa-indonesia.html

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments